Selasa, 19 Juli 2011

Indonesian Multicultural Education


INDONESIAN OF MULTICULTURAL EDUCATION

Bagian-bagian (components) dari ruanga kelas yang memiliki aneka ragam adat kebiasaan/budaya (multicultural). Dalam ruanga multiculltural, guru-guru dan murid-murid menghargai perbedaan linguistik (sst yang berkaitan dg bahasa) dan kultur (adat kebiasaan/kebudayaan) (edward, Beusley, & Thomson, 1991). Guru-guru memlulai dengan berbicara tentang perbedaan-perbedaan secara terbuka dan dalam suatu cara yang positive (baik). Sebagaimana murid-murid menggambar lukisannya, contohnya guru-guru dapat membagi/memberikan sejenis crayon di dalam sifat kulit warna-warna sehingga murid-murid dapat meggambar serta melukiskan krayonnya pada gambar/lukisan mereka dengan tepat. Guru-guru menyadari perbedaan-perbedaan secara kultural dan menyesuaikan program-program intruksionalnya untuk memfasilitasi belajarnya murid-murid, mereka juga menggunakan literatur multikultural untuk membantu siswa menghargai perbedaan-perbedaan dan menjadi toleran terhadap anggota-anggota dari kelompok minoritas.  Membaca literatur multikutural menyajikan siswa-siswa dengan kesempatan “berjalan satu mil” pada sepatu orang2 afrika amerika di buku2 sprt “Roll of thunder, hear my cry / gemuruh guntur, dengarlah tangisanku (Taylor,1976) atau dalam sepatu imigran  (pendatang) yang terbaru melalui  How many days to america? A thank’s giving story/ berapa hari ke amerika? Sebuah cerita kesyukuran (Bunting, 1988) atau angel Child/anak malaikat, anak naga (surat, 1983)

Di dalam kelas multicultural bahasa-bahasa dan budaya-budaya siswa dihargai dan dibantu perkembangannya. Guru-guru mengakui /menyadari bahwa fungsi sekolah adalah untuk memperluas pilihan-pilihan mereka, tidak untuk membatasi mereka, dan perbedaan tidak disamakan dengan kekurangan (May, 1993). Siswa-siswa bekerja secara bersama-sama tanpa persaingan.

  1. Lingkungan ruangan kelas. Lingkungan ruangan kelas aman dan para siswa merasa nyaman  dalam mengambil resiko dan menguji coba dengan bahasa (law & Eckes,19900.) mereka tahu bahwa kesalahan-kesalahan adalah suatu bagian yang normal yang ada pada pelajar dan tidak akan diejek / ditertawakan untuk kesalahan-kesalahan bahasa yang mereka perbuat.
  2. Menghargai bahasa dan budaya para siswa. Bahasa dan budaya  / adat kebiasaan anak-anak dihargai dan dibantu perkembangannya di dalam kelas multicultural (May, 1993) anak-anak terus didorong untuk berbicara dengan bahasa ibunya dan bahasa inggris dipandang sebagai suatu cara alternatif dari komunikasi, bukan suatu cara yang lebih baik. Sekolah dengan siswa-siswa yang mempelajari bahasa inggris sebagai bahasa kedua disediakan kelas bahasa inggris, dwi bahasa (billingual) dan bahas ibu (daerah). Para orang tua memilih tipe kelas bahasa untuk anak-anak mereka.
  3. Pola pengelompokan. Siswa-siswa yang bekerja di dalam kelompok beragam umur dan tinggal dengan guru yang sama untuk waktu / periode yang agak lama (may, 1993). Pengelompokan beragam umur memperkenankan siswa-siswa untuk untuk mencoba suatu bentuk peranan / tugas dan meningkatkan tingkat kemampuan sosial dan guru berusaha untuk mengetahui keluarga siswa dengan baik, membantu perkembangan interaksi dan kepercayaan.
  4. Kurikulum multicultural. Para guru menggabungkan komponen-komponen multicultural dalam literatur dengan memusatkan peredaran unit-unit dan tema-tema yang mereka kembangkan. Dalam faktanya, komponen-komponen multicultural ini memusatkan pada kelompok-kelompok etnis (suku) yang dihargai dalam sekolah.
  5. Pengajaran seni bahasa. Para siswa menggunakan pendekatan-pendekatan untuk pengajaran dengan mendengar / menyimak , berbicara, membaca, dan menulis disajikan dalam buku ini. Kegiatan-kegiatannya penuh arti (meaningful), fungsional dan asli.
  6. Prosedur-prosedur penilaian. Para guru mengawasi belajar siswa menggunakan “Hid Watching” (anak pengawas). Mereka mencatat dengan melibatkan siswa dari proses baca dan tulis, dan mereka mendorong para siswa untuk mengumpulkan sampel kerjaannya dalam porto folio.

LITERTUR YANG BERKAITAN DENGAN KEBUDAYAAN/ADAT ISTIADAT

Literartur multicultural adalah literatur yang menggambarkan kultur yang berbeda melalui pelukisan yang akurat dan lebih detail / terperinci (Yakoto, 1993. hal. 157); hal ini biasanya dijelaskan dengan cerita-cerita dan buku-buku dan macam-macam manusia. Kami memperluas klasifikasi ini untuk memasukkan literatur ttg pengalaman-pengalaman orang yang telah berimigrasi ke Amerika serikat seperti kebudayaan Yahudi dan Appalachian.

Literartur multicultural merupakan kendaraan untuk mendorong pengembangan kesadaran dan penghargaan terhadap kebudayaan. Literartur multicultural ini menegaskan identitas kebudayaan siswa-siswa yang bermacam-macam latar belakangnya dan meningkatkan pemahaman sisswa-siswa dan penghargaan mereka terhadap kebudayaan orng lain. Para siswa menjelajahi dan mengembangkan nilai-nilai budaya dan keyakinanya sebagaimana mereka membaca Literartur Multicultural (Rasinski & padak, 1990) Para siswa sekolah mengalami sendiri budaya / adat kebiasaan orang lain dan pengalaman ini mempengaruhi cara berinteraksi mereka dengan orang-orang di dalam dunia kultur yang plural ini (Yokota, 1993).

Literartur multicultural memasukkan enam tipe literatur dan setiap tipe menawarkan perspektif yang berbeda pada kehidupan dan keikutsertaan (kontribusi) dari setiap kelompok budaya. Keenam tipe literartur multicultural dijabarkan / dijelaskan dalam paragrap berkut ini:
  1. Dongeng-dongeng rakyat (foktail) dan cerita-cerita tradisional lainnya. Cerita-cerita tradisional termask foktail, legenda dan mitos merupakan bagian dari setiap budaya dan masih banyak jenis-jenis cerita ini tersedia untuk anak-anak. Kisah Cinderella, contohnya, berasal dari berbagai budaya yang berbeda termask pula mufaro’os beutiful daughter : an African Tale/saudari mufaro yang cantik (Stept0e,1987). Yeh – Shen: A Cinderella Story from China 9Louie, 1982). The egyption Cinderella / cinerella mesir (Climo,1989), The Rough Face Girl/ wajah kasar gadis (martin, 1992) sebuah alghonguin versi Indian
  2. Sejarah fiksi. Buku-buku ini menjelaskan imigrasi dari kelompok2 budaya yang berbeda ke amerika serikat dan asimilasi mereka dalam kehidupan  orang amerika. Dua cerita tentang perjuangan imigran yahudi dari rusia dibuat pada akhir 1880-an adalah Imigran girl: Becky of eldridge street (Harvey, 1987) dan molly’s pilgrim (cohen, 1983).
  3. Fiksi realitas zaman sekarang (kontemporer). Cerita2 kontemporer ini berfokus pada pengalaman-penglaman orang yang memiliki budaya yang bermacam-macam da mereka bertempat tinggal di Amerika. Dua cerita yang menunjukkan kesulitan-kesulitan dlm penyesuaian diri untuk hidup di amerika Serikat yaitu I Hate english (Gilson, 1985) tentang seorang pengungsi vietnam yang diliputi / dibingungkan oleh es teh, pengering rambut, eskalator dan segi-segi lainyang tidak biasa baginya dari kehidupan orang amerika.
  4. Biografi. Buku-buku ini merinci kontribusi orang –orang dari berbagai kelompok budaya. Beberapa biografi seperti escape from Slevery : The Boyhood of Frederick Dauglass in His Own words (Mc Curdy, 1994)-merinci kehidupan figur sejarah ; orang lain- seperti Connie Chung: Broadcast Journalist  (Malone, 1992)- menyoroti orang-orang zaman sekarang.
  5. Puisi. Hanya ada sedikit koleksi puisi-puisi lagu-lagu dan nyanyian yang ditulis orang-orang dari berbagai kelompok budaya untuk anak-anak. John Bierhost, contohnya telah mengumpulkan puisi orang –orang amerika asli untuk buku A Cry from the earth: musics of the north American Indians (1979) dan the sacred Path: Spells, prayers, and power Songs of the American Indians (1989).
  6. Buku-buku informasial (yang mengandung informasi). Buku-buku lin yang menyediakan informasi tentang berbagai budaya termasuk informasi mengenai hari-hari libur, dan ritual2, bahasa, masakan dan seni  sebaik informasi mengenai negara yang budayanya asli.Dua buku informasional tentang orang amerika adalah Hector Lives in the United States now : the story of  a mexican american child (hewett, 1990) dan the mexican in american (pinchot, 1989).

Para pendidik menganjurkan literartur multicultural terpilih menjadi kesadaran budaya (sinus, 1982), yang mengatakan literatur yang menggambarkan dengan tepat suatu kelompok budaya /adat istiadat bahasa, sejarah, dan nilai-nilai tanpa pengekalan klise (meniru). Hal ini sesuai dengan isu-isu, prasangka, diskriminasi, dan martabat kemanusiaan. Menurut Yokota (1993), buku-buku ini aka memperkaya seluk beluk kebudayaan dengan dialog otentik dan aka menyajikan isu-isu kebudayaan cukup mendalam dimana para pembaca dapat berpikir dan berbicara tentang mereka. Termasuk anggota-anggota kelompok kebudayaan akan memiliki tujuan tertentu / fokus. Mereka akan dibedakan perseorangan yakni mereka yang hidup berdasarkan akar kebudayaannya, mereka tidak akan dimasukan secara sederhana untuk memenuhi kuota.

Sebagai tambahan juga Literartur multicultural harus sesuai dengan kriteria untuk literatur yang bagus (Taylor, 1987).sebuah cerita tentang realitas kekerasan dari diskriminasi ras yang ditetang oleh keluarga amerika Afrika sebagai mana perjalanan mereka dari Ohio ke Missisippi  dalam Cadillac baru mereka selama perang dunia II. Ceritanya ditulis dengan apik dan bagus dan perinciannya / seluk beluknya tentang kesejarahan dan kebudyaan dengan tepat /seksama.

      Hingga baru-baru ini kebanyakan buku-buku tentang orang-orng amerika asli, orang-orng amerika Hispanic dan kelompok kebudayaan lainnya telah ditulis oleh pengarang orang amerika eropa. Dikerenakan etnis mereka sendiri, mereka menggambarkan suatu sudut pandang  luar (Bishop, 1992) suatu perspektip didalam adalh lebih memungkingkan untk memberi suatu pandangan otentik dari apa yang anggota dari kelompok kebudayaa  percaya menjadi benar mengewnai diri mereka sendiri,  sedangkan suatu perspektif luar menjelaskan bagimana orang lain melihat, memandang kepercayaan kelompok dan perilakunya. Perbedaan dalam perspektif berarti bahwa ada perbedaan di dalam apa yang pengarang katakan dan bagaimana mereka mengatakanya, sebaik perbedaan pada maksud penulisanya (Reimer, 1992),. Beberapa pengarang bagsimanapun, berhasil menulis kebudyaan orang lain . Byrd Baylor dan Paul Goble adalah contoh-contoh terkemuka / tokoh. Mereka memiliki kepekaan pelajaran melalui penelitian dan partisipasi dalam kelompok kebudayaan yang berbeda. Saat ini ada lebh banyak orang dalam setiap kelompok kebudayaan yang menulis mengenai budaya mereka sendiri dan menyediakan lebih sudut pandang luar yang otentik di dalam literartur multicultural.

Ada banyak alasan untuk menggunakan literartur multicultural pada kelas dasar, apakah siswa-siswa mewakili kebudayaan yang bermacam-macam atau tidak. Pertama, literartur multicultural adalah literatur yang bagus. Murid-murid menikmati bacaan cerita, buku-buku informasional dan pusi-puisi melalui membaca, mereka belajar lebih banyak mengeni makna menjadi manusia, dan mereka megungkap/mengetahui bahwa semua orang dari kelompok budaya aalah benar-benar masyarakat engan kemiripan emosi , kebutuhan dan mimpi Allen Say’s el Chino (1990), seperti memberitahu tentang seseorang ameika china yang menggapai mimpinya untuk menjadi atlit terkenal/besar dan buku menyediakan suatu bentuk/model untuk anak-anak dan orang dewasa dari semua kelompok etnis.  

Kedua, murid-murid belajar tentang kekayaan keanekaragaman di AS melalui buku-buku multikultural, dan mereka mengemban sensitifitas dan apresiasi 9Penghargaan) terhadap masyarakat kelompok kebudayaan lainnya (Walker-Dalhause, 1992). Teman seregu/rombongan  (Golen book, 1990) contohnya memberitahu tentang persahabatan tokoh baseball Jacki robinson  dan Pree wee Resse dan hal ini mengajarkan sebuah pelajaran yang berharga dalam toleransi dan menghormati/menghargai sesama makhluk. literartur multicultural juga meragukan ras dan etnis klise dangan menyajikan suatu pandangan dalam sebuah kebudayaan.

Ketiga, Selanjutnya murid2 meluaskan pengetahuan mereka mengenai geografi dan belajar perbedaan2 pandangan sjarah melalui literartur multicultural. Mereka membaca negara2 yang kelompok minoritasnya ditinggalkan sebgaimana mereka telah berimigrasi ke amerika, dan mereka mendapatkan pandangan yang non-mainstream (sejumlah opini yang diterima) mengenai peristiwa2 bersejarah. Contohnya Yoshiko Uchida menyampaikan pengalamannya di perkampungan penawaan orang-orang amerika jepang di amerika selama perang dunia II di dalam bukunya The Bracelet (1993) dan journy to topas meragukan asumsi tradisional tentang sejarah amerika dan mencapai lebih banyak pandangan yang seimbang mengenai peristiwa bersejarah dan kontribusi orang-orang dari berbagai kelompok budaya. Mereka belajar bahwa catatan tradisional telah menegaskan kontribusi orang-orang amerika, eropa, dan terutama sekali bahwa hal-hal tersebut dibuat oleh seorang manusia.

Keempat, literatur multikultural mencuatkan isu-isu ketidakadilan , prasangka, raisme, diskriminasi segresi (pemisahan), anti-semitisisme/suatu kebangsaan, dan pemusnahan terhadap golongan bangsa.

Penggunaan literatur multikultural mempunyai tambahan keuntungan bagi para siswa yang on-mainstream. Ketika mereka membaca buku-buku tentang tentang kelompok budaya mereka sendiri merka meningkatkan kebanggaannya terhadap budaya yang mereka warisi dan belajar bahwa budaya mereka membuat kontribusi penting terhadap amerika dan dunia yang lain (Haris, 1992a .1992b). sebagai tambahan pula para siswa menjadi lebih tertarik membaca karena mereka mengidentifikasi dengan karakter dan kejadian-kejadian.

Literatur mengenai orang amerika afrika. Buku-buku mengenai orang-orang amerika afrika lebih banyak tersedia dari pada kelompok budaya yang lain, dan buku-buku yang telah diterbitkan setelah  1970 tidak nampak mengekalkan stereotipe sebanyak yang mereka tulis  baru-baru ini. Beberapa buku-buku dokumen mengenai kejadian-kejadian seperti  Follow the drinking gourd (winter, 1976) tentang rel bawah tanag dan Roll of thunder, dear my cry (Taylor, 1976) mengenai diskriminasi diselatan selama 1930-an dalam sejarah orang afrika amerika . buku lainya fokus pada kejadian belakangang ini seperti Tar Beach (Ringgold, 1991) tetang sebuah keluarga yang menghbiskan malam-malam musim panas di di atap bangunan apartemen kota mereka
Dan Ben,s Trumpet (Iadora, 1979) tentang seorang anak yang ingin menjadi musisi jazz. Para pengarang Afrika Amerika telah menulis kumpulan-kumpulan puisi-puisi seprti Some of the Days of Everett Anderson (Clifton,1970) buku-panjang uisi seperti Afrika Dream (Greenfield,1977). Juga, berbagai biografi orang-orang Amerika Afrika- para atlit dan figur politik tertentu –telah diterbitkan.

Beberapa pengarang terkenal dan terbaik Amerika Afrika adalah Lucille Clifton, Eloise Greenfield. Virginia hamilton, welter Dean Myers, John Stiptoe, mildred taylor dan praticia Mokissacki; buku-buku yang ditulis oleh pengarang tersebut dan yang lainnya yang telah pengalaman menulis tentang Amerika Afrika sebagaimana telah disuguhkan dalam gambar 13-6, tema buku-bku ini memasukkan kelangsungan hidup melalui kasih sayang (cinta) dan menolong keluarga yang agak lama, faktor-faktor yang membentk karakter seseorang dan nilai dari tradisi kebudayaan. Beberapa buku mengenai orang Amerika tidak memakai bahsa standart.

Literatur mengenai orang-orang Amerika Asia. Literatur tentang orang amerika asia akan sesuai dengan kelompok orang-orang Amerika Asia yang pesifik. Karakter-karakter di dalam buku akan melebihi stereotip umum umum dan akan mengoreksi kesalahan sejarah dan tak menyenangkan. Para pengarang Amerika Asia menulis buku-buku untuk anak-anak dan remaja memasukkan Allen Say, Yoshiko Uchida, Taro Yushima, Paul Yee, Laurence Yep dan Ed Young.

Daftr buku mengenai pengalaman orang asia Amerika disijikan daam gambar 13-7. Banyak buku yang telah ditulis oleh orang Asia Amerika tentangpengalaman asimilasi mereka sendiri atau kenangan masa kanak-kanak di Amerika, contohnya Angel Child, Dragon Child (surat, 1983) adlah cerita anak amerika vietnam yang menyesuaikan diri untuk hidup di Amerka, dan Journy to Topaz (Uchida, 1971) memberitahukan pengalaman gadis Amerika jepang di dalam sebuah tempat tawanan di Amerika selama perang dunia II.

Literatur mengenai orang-orang Amerika Hispanik. Sangat sedikit penuis Amerika Hispanik yang menulis sejarah /cerita, buku-buku informasi/ yang memiliki informasi, atau puisi untuk anak-anak. Buku-buku mngenai orang-orang Amerika Hispanik lebih sedikit tersedia dibandingkan kelompok kebudayaan lainya, walaupun faktanya orang-orang Amerika Hispanik adalah salah satu kelompok minoritas terterbesar di Amerika. Dua penulis yang memilik kontribusi yang sangat signifikan adalah Nicholas Mohu, yang menulis cerita pendek dan novel tentang kehidupan komunitas Puerto Rican American di new york, dan Bary Soto yang menulis puisi-puisi dan cerita-cerita pendek tetang kehidupan dalam komunitas mexican American di California. Kedua pengarag tersebut membawa pengetahuan dari sumber langsung  kehidupan di ssuatu Barrio agar tulisannya otentik (Soto,1992; Zarnowski; 1991) daftar buku-buku mengenai orang-orang Hispanic American disajikan dalm gam,bar 13-8. tema-tema dalam buku-buku ini menekankan kesempurnaan hidup di sebuah Barrio, sebagaimana pentinngnya mempertahankan identitas budaya, perjuangan dan keberhasian-keberhasilan kehidupan sehari-hari dan penbindasan yang masih ada (Harris, 1992a)

Literatur tentang orang Amerika Asli merika. Anyak buku-bku yang menyediakan/memuat orang asli Amerika, tetapi masih sangat sedikit yang ditulis oleh orang asli Amerika. Pengarang yang telah menulis demgan peka mengenai topik-topik orang-orang asli Amerika adalah Byrid Baylor, Jamake High Water dan Paul Goble.

Kebanyakan buku-buku tentang orang asli merika mengulas ulang tentang foktail tradisional, mitos,, dan legenda, seperti The Legend of The Indian Paintbrush (De paola, 1988) dan Iktomi and The Boulder (Goble, 1988). Sejumlah biografi ketua Indian juga ada. Buku-buku lainnya yang menjelaskan ritual-ritual orang Indian dan Upacaranya seperti Totem Pole (hoyt-Goldsmith,1990) yang mana seorang anak laki-laki Indian saat ini yang menjelaskan bagaimana bapaknya yang memahat tiang Pole. Daftar buku-buku mengenai orang-orang asli Amerika disajikan dalam gambar 13-9. tema-tema dalam buku-buku tersebut memasukkan cerita tentang meninggal dalam ritual dan cerita-cerita kepad generasi berikutnya, penganiayaan dan ketidak adilan yang dialami oleh orang asli Amerika di tangan kekuasaan orang-orang eropa dan Amerika Eropa dan sebuah penghormatan untuk sebuah benda-benda yang hidup di bumi.

 Literatur mengenai kelompok kebudayaan orang amerika lainnya. Sebagaimana empat kelompok budaya yang telah kita diskusikan , ada regional yang nyata dan budaya keagamaan di Amrika termasuk Yahudi, Amish, Tajun dan kelompok Appallachian. Sebagai kebudayaan yang mayoritas, kadang amerika Eropa mengesampingkan/meremehkan dalam diskusi kelompok budaya, akan tetapi mengesampingkan mereka berarti mengingkari keberagaman budaya orang-orang Amerika (Yokoto,1993). Di dalam payung katagori orag-orang Amerika Eropa ada macam-macam kelompok termauk termasuk orang Amerika Jerman, Amerika Italia, dan Amerika Rusia. Sebuah daftar buku yang menonjolkan Amerika Eropa dan regional Amerika dan kebudayaan agama disajikan dalam gambar 13-10.

 Kelas perpustakaan multicultural. Sangat sering buku-buku digunakan untuk pembelajaran di kelas SD dan ditayangkan di perpustakaan kelas menggambarkan mayoritas kebudayaan dan ditulis secara menonol oleh penukis wanita klit putih. Para peeliti yang telah menguji buku-buku bahwa guru-guru memilih  untuk kelas menggunakannya telah menemukan bahwa dorongan pilihan mereka adlah biasnya kesadaran udaya karena hanya sedikit buku menonjolkan pengalaman dari kelompok mayoritas dan yang ditulis oleh anggota kelompok budaya itu lebih sedikit (Jipson, 1991; Shannon, 1985; traxel, 1983). Guru-guru ini menyebut pola ini dengan tradisi tertentu dan hal ini merupakan perhatian serius karena buku-buku menggambarkan dan menyampaikan nilai-nilai sosio kultural, kepercayaan dan prilaku kepada pembaca. Hal ini penting bahwa guru-guru mesti menyadari tentang ide-ide yang digambarkan oleh ganbaran tertentu mereka dan menjadi dan lebih melukiskan mngenai buku-buku yang mereka pilih untuk kelas yang digunakan.
Buku-buku pilihan guru untuk pengajaran dan di dalam perpustakaan kela mempengaruhi murid dalam cara yang lain, juga. Murid-murid dipersilahkan untk memilih buku-buku yang fanmiliar bagi mereka dan yang menggambarkan kebudayaan mereka sendiri untuk workshop/taman bacaan dan kegiatan-kegiatan bacaan lain ynag independen (Rudman, 1976). Jika guru-guru membca dengan nyaring buku-buku kesadaran budaya termasuk buku-buku ini dalam unit focus literatur dan perputaran tema, menayangkanya di perpustakaan kelas, mereka akan familier dan murid lebih terbiasa untuk mengambilnya dan membacabya sendirian.

MENGAJARKAN KERAGAMAN KEBUDAYAAN

Beberapa guru secara periodik menyampaikan literatur multikultural dengan murid-muridnya sedangkan guru-guru lainnya memasukkan komponen-komponen multikultural dalam pelajarab yang mereka ajarkan an mengajarkan bagian focus literatur dan peredaran tema untuk memunculkan kesdaran sisswa mengenai kesamaan dan isu sosial lainnya. Kami menyarankan guru untuk mengembangkan /meningkatkan unit-unit dan peredaran tema penggunaan literatur multikultural. Menurut zavillo (1994), karakter unit-unit focus literatur dan perputaran tema sebagai berikut:
  1. merayakan keragaman budaya di amerika
  2. meningkatkan pemahaman budaya dan menghargainya
  3. menyediakan kesempatan untuk mendengar, berbicara, membaca dan meulis
  4. menyediakan kesempatan untuk siswa yang belajar bahasa Inggris untuk menggunakan bahasa dalam cara-cara yang berarti
  5. menggabungkan bacaan astetik dan tanggapan kepad kegiatan-kegiatan literatur
  6. meggunakan buku-buku yang menggambarkan dengan akurat mengenai kelompok-kelompok budaya.

Rasinski dan padak (1990) telah mengidentifikasi ada 4 pengajaran siswa mengenai keragaman budaya dan itegrasi konsep-konsep tentang pluralisme budaya kedalam unit focus literatur dan perputaran tema. Pendekatan-pendekatan ini berdasarkan pad model-model kurikulum multikulturalnya Banks (1989) dan perbedaan di dalam meluasnya isu-isu multikulturalnya menjadi bagian puasat /inti kurikulum.

Pendkataan pengikutsertaan (kontribusi). Pendekatan in memfokuskan pada pelajaran yang telah diajarkan dalam hubungan (koneksi) dengan hari libur atau kesempatan khusus lainnya (Rasinski & Padak, 1990). Tujuan dari kegiatan adalah untuk membiasakan siswa dengan pengikutsertaan /kontribusi orang-orang penting/tokoh, hari libur atau kebiasaan tertentu, akan tetapi kegiatan-kegiatan ini tidak mengajarkan nilai budaya atau memberi kesempatan siswa untuk menguji ulang kepercayaan mereka. Pelajaran tunggal mungkin fokus pada membaca Seven cCandles for Kwanzaa (Pinkney, 1993). Sebuah cerita tentang Kwanzaa seorang Amerika Afrika merayakan liburan dari 16 desember hingga 1 Januari, atau membaca How My parents learned to Eat (Friedman, 1984), sebuah kisah tentang seorang pelayar Ameerika yang mencari seorang wanita muda jepang setelah perang dunia II. Gadis Jepang belajar makan dengan menggunakan pisau dan garpu untuk mengejutkan pelayar, dan pelayar makan dengan supit untuk mengejutkan pelayar. Atau, guru bisa membaca A Picture Book of MartinLuther King, Jr. (Adler, 1989), untuk merayakan hak-hak orang kecil kelahiran pemimpin. Pendekatan ni adalah suatu cara yang mudah untuk memasukkan suatu komponen mutikultural dalam kurikulum, akan tetapi siswa hanya mencapai pemahaman yang dangkal atas keragaman budaya.

Pendekatan tambahan (aditive0. dalam pendekatan kedua ini pelajaran-pelajaran menggunakan literatur multikultural ditambahkan untuk mengeksiskan kurikulum (Rasinski, & padak, 1990). Dalam sebuah unit aliran pada foktail, contohnya, mufaro’os beutiful daughter : an African Tale/saudari mufaro yang cantik (Stept0e,1987). Yeh – Shen: A Cinderella Story from China 9Louie, 1982). The egyption Cinderella / cinerella mesir (Climo,1989) memungkinkan untuk ditambahkan seperti versi-versi internasional dari cerita Cinderella atau, untuk unit focus literatur, tingkat yang lebih atas/tinggi: guru bisa memilih sebuah judul buku multicultural seperti “Year of Impossible Good byes (Choi,1991) cerita gadis korea yang memaksa untuk berimigrasi ke Amerika setelah kebengisan abadi tentara Jepang yang memaksa pendudukan negaranya pada akhir perang dunia II. Guru sebaiknya menjadikan buku ini sebagai pilihan dibaca karena sangat luar biasa, ditulis dengan bagus dan salah satu buku dimana siswa akan menikmatinya. Pendekatan ini mirip dengan pendekatan kontribusi.

Karena kurikiumnya berdasarkan pandangan orang amerika Eropa. Informasi tentang keberagaman kultur ditambahkan pad kurikulum tetapi tidak diselipkan melaluinya.
Pendekatan transformasi . literatur memfkuskan unit-unit dan perputaran tema-tema dimodifikasi dalam pendekatan ini untuk menawarkan studi kegiatan-kegiatan sejarah dan isu-isu terkini dari sudut pandangan kelompok keberagamaan kebudayaan (Rosinski&Padak, 1990). Siswa tingkat dasar misalnya membaca A Chair for my Mother (William, 1992), Everybody cooks rice (Dooley,1991) dan Big Mama’s (Crews, 1991) sebagai bagian dari unit keluarga, lantas membicarakan keutamaan-keutamaan/menonjol yang umum ada pada keluarga dari keragaman kelompok budaya. Atau, ketika peredaran tema pada perang dunia II siswa pada tingkat yang lebih tinggi boleh membaca Journy to Topas (Uchida,1971), untuk belajar tentang sudut pandang Amerika Jepang mengenai perang dan penawanan mereka yang tidak adil. Literatur pengalaman ini dan kegiatan tanggapan mengizinkan siswa untuk melihat ketidak sambungan dari berbagai kelompok etnis dalam masyarakat Amerika dan cara-cara dari kelompok budaya yang bermacam-macam telah mementuk sejarah orang Amerika.

Pendekatan kegiatan/tindakan sosial. Dalam pendekatan ke empat ini siswa mempelajari isu-isu penting sosial dan bertinda k untuk memecahkan permasalahan melalui perputaran tema (Rasinski, & Padak, 1990). Siswa membaca literatur kesadaran budaya agar mendapatkan pandangan “dalam” pada isu isu sosial. Misalnya, siswa mempelajari; imigrasi; daftar buku tentang imigrasi dan imigran yang datang ke Amerika disajikan dalam gambar  13-11. mereka bisa memulai dengan membaca How Many Days to America? A Thanks giving story (Bunting, 1988) untuk mempelajari kehidupan modern pengungsi yang mempertaruhkan kehidupannya datang ke Amerika. Setelah mereka dapat berbicara mengenai prilaku mereka menuju kelompok imigrant dan penelitian bagaimana dan kapan keluarga mereka datang ke amerika. Buku lain yang bisa mereka baca adalah Who Belong Here? An American Story (Knight,1993). Pertanyaan “siapa pemilik sini? Mungkin langsung mengarahkan belajar mereka dan membimbing mereka untuk menemukan cara-cara menganjurkan toleransi dan membantu dengan program-program pengungsi di komunitas mereka. Dalam pendekatan ini, siswa membaca dan melakukan kegiatan, berpikir mendalam mengenai isu-isu sosial dan menerapkan apa yang mereka pelajari dalam komunitas mereka sendiri.

REVIEW/TINJAUAN ULANG

Masyarakat Amerika serikat menjadi semakin bertambah plural, dan guru-guru harus belajar cara-cara untuk mengajarkan keberagaman budaya/kebiasaan dan bahasa siswa dalam kelas mereka dan mengajar semua siswa untuk menilai anggota kelompok budaya dan menghargai kontribusi yang kelompok budaya buat / lakukan untuk masyarakat Amerika. Pluralisme budaya telah mengarahkan kepada pendidikan multikultural. Dan tujuannya adfalah untk membantu siswa memahami diri mereka sndiri dengan lebih baik.   
                   
               


    

           
    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar